Arin pulang. Ibuku bertingkah seperti biasa. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tapi tatapan kami mempunyai arti. Antara malu, takut dan senang aku bingung.
Esoknya, hari minggu. Ibuku tampak agak senang. Kesehatannya sedikit pulih. Ia bisa berjalan normal. Ia seolah melupakan kejadian kemarin. Apakah mungkin gara-gara apa yang aku lakukan kemarin? Bisa jadi. Tak perlu waktu lama memang untuk bisa mencerahkan wajahnya lagi. Ia sudah senang dengan perkembangan kesehatannya.
Malamnya, ibuku ingin tidur di kamarku. Entah kenapa ia ingin begitu. Dan aku pun mengiyakannya. Pukul 12 malam. Ketika Arin sudah tidur. Dan aku berada di samping ibuku. Kami seranjang. Aku tahu bisa saja saat itu aku sudah bercinta dengannya, tapi ada sesuatu yang membuat kami tidak melakukannya.
Sepertinya kesehatan ibu mulai pulih akibat itu Gun, katanya.
Tapi inikan baru satu hari bu, dan Gun sangat menyesal melakukannya kemarin, kataku.
Ibu bangkit, lalu ia menurunkan celana pendekku. Tanpa babibu, ia sudah mengulum penisku. Aku kaget mendapatkan sensasi itu. Tidak ada wajah jaim, tidak ada rasa penyesalan seperti kemarin. Ia sudah mengulum penisku, seorang Blow Jober pro. Ia mengocok, mengulum, menjilat. Dengan ganas ia lumat tongkolku dengan mulutnya yang seksi itu. Ia juga gesek-gesekkan ujung penisku ke putingnya, lalu ia jepit dengan dadanya. Akupun tak menyia-nyiakan ini, aku segera melepas bajuku, lalu bajunya. Kami sudah telanjang, dan ia masih mengoralku. Aku berbaring dengan menikmati sensasi yang sedikit aneh, tapi nikmat. Oh tidak, rasanya aku mau keluar.sedotannya benar-benar mantap. Aku tak kuasa lagi danaahh..benar CROT CROT CROT spermaku tak sebanyak kemarin pagi. Tapi cukup untuk memenuhi isi mulutnya. Ia menyedot spermaku sampai habis.
Nih lihat, kata ibuku sambil membuka sedikit mulutnya. Aku bisa lihat lidahnya yang terbungkus cairan putih spermaku.
Ibu hebat, kataku.
Ibu masih belum puas, katanya. Ia lalu menelan spermaku bulat-bulat.Ah..
Aku bangkit dan langsung nenen. Aku menenen kepadanya seperti bayi, kali ini kami All Out. Tidak seperti kemarin. Kami saling mendesat, saling menggigit. Ibuku ada di atas, dan aku berbaring. Penisku sudah tegang lagi dan mengacung ke atas. Ia berjongkok dan menuntun penisku masuk miss-v-nya dengan tangannya. Ia pun naik turun sambil tangannya bertumpu pada pahaku. Makin lama ia makin cepat gerakannya. Aku juga tak kuasa, bahkan aku bisa-bisa jebol duluan. Ia tahu kalau aku mau jebol, Ia hentikan gerakannya, ia ganti dengan meremas-remas telurku. Ohini baru, tehnik baru. Ketika ia meremas telurku, tampak nafsuku yang sudah dipuncak tiba-tiba hilang. Lalu setelah beberapa saat kemudian, ia bergoyang lagi naik turun. Ia terus mengulangi hal itu kalau aku mau ke puncak, rasanya spermaku berkumpul di ujung penisku. Seolah-olah pijatan itu membuatku seperti menahan bom. Dan benar, ketika ibuku mau orgasme, ia lebih cepat bergerak. Ia naik turunkan lebih cepat dari sebelumnya, ia tak lagi bertumpu di pahaku, tapi di dadaku. Dan ia mengigau, OhGunOhanak mama yang nakal.tongkolmu gedhe Gun. Nikmat banget. Ibumu ini jadi budakmu GunAhhSampaisampaiibu mau sampai, kamu juga ya sayang, basahi rahim ibumu, hamili ibumu ini.
Aku pun keluar dan langsung bangkit memeluk ibuku. Kami orgasme bersama-sama. Vaginanya sangat basah, begitu juga punyaku. Sperma itu masuk ke rahimnya lagi. Banyak sekali, dan benar, spermaku tadi yang tertahan terkumpul di ujung dan melepas dengan semprotan yang luar biasa. Kami berpandangan sesaat, aku mencium bibirnya. Kami berciuman, aku masih memangkunya, dan tak perlu waktu lama. Kami ambruk dan saling berpelukan. Kami tertidur.
******
Hubunganku dan ibuku sendiri sekarang sudah seperti suami istri. Aku tak tahu bagaimana kami menyebutnya. Setiap malam aku selalu melakukannya, bahkan tidak tiap malam. Hampir setiap hari, dan kesehatan ibuku makin membaik dari hari ke hari. Dokter pun terheran-heran dengan hal ini. Dan setiap hari kami melakukan gaya yang berbeda-beda. Dan lambat laun hal ini pun tercium oleh Arin.
Suatu saat ketika ibu tidur lebih awal, sehabis main denganku. Aku nonton tv. Di ruang tengah tampak Arin juga ada di sana. Aku duduk berdekatan.
Aku tahu kakak gituan sama ibu, kata Arin.
Aku kaget tentu saja.
Gituan gimana?, tanyaku jaim.
Alaah, nggak usah sok alim deh kak. Kakak ngent*t ama ibu kan?, tanyanya.
Kalau iya kenapa?, tanyaku menantang.
Asal ibu bahagia saja, Arin senang. Walau pun agak aneh rasanya kakak yang melakukan itu ama ibu, katanya.
Kamu kepengen ya?,
Nggak ah
Alah, kalau kau mau bilang aja, nggak usah malu-malu, atau kamu sudah pernah gituan ya?
Belum pernah, dan jangan ngejek ya!?
Kakak nggak percaya, kamu pasti udah nggak perawan, kataku.
Kakak jahat!, katanya sambil memukul bahuku.
Aduh, koq mukul, kataku.
Habisnya kakak jahat!, katanya.
Kau harus tahu, aku melakukan ini juga untuk kesembuhan ibu, semakin kakak melakukannya ibu semakin membaikkan?
Arin diam sejenak, Iya juga sih, ibu makin membaik.
Mau tau rahasia?, tanyaku.
Apa ?, tanyanya.
Sebenarnya sudah sejak dari dulu kakak ingin begini sama ibu, kataku.
Busettkakak ternyata, Arin menggeleng-geleng.
Yeeini juga karena memang ibu wanita yang cantik, kataku. Apalagi kakak juga sudah dewasa kan?
Entah bagaimana aku juga ingin begitu dengan adikku. Melihat dia hanya pakai celana pendek, bahkan aku bisa melihat putingnya yang menonjol. Kebiasaan dia kalau di rumah tak pakai BH. Alasannya gerah. Jadi hal ini pun membuatku makin terangsang.
Guna memancingnya aku keluarkan penisku. Dan mengurutnya.
Kakak ngapain? Jorok ih, katanya.
Yeeesuka-suka dong, kataku. Aku mengocok perlahan sambil menatap adikku itu. Kamu boleh koq sentuh
Nggak ah.., katanya.
SENTUH!!, aku sedikit membentak.
Adikku entah bagaimana ia tiba-tiba spontan menyentuh penisku.
Nah, gitu, kataku. Sensasinya mulai aku rasakan. Sekarang kocok dong!!
Udah ya kak, jangan deh, katanya.
Kocok!, kataku.
Ia menurut. Mungkin perbedaan sikapku yang tadi membuat ia sedikit kaget. Aku tahu jantungnya berdegup kencang. Ia mengocoknya terus, tak beraturan. Tapi itu saja sudah membuatku nikmat. Aku lalu merangkulnya dan menciumnya, sembari ia masih mengocok. Ia kaget dan mencoba melepaskan diri, tapi aku lebih kuasa. Adikku yang SMP itu kini first kis denganku.
Lidahku menari-nari di dalam mulutnya, ia tampak kewalahan, bahkan aku sigap kaosnya dan kuremas dadanya yang montok itu. Lalu aku menyusu kepada adikku itu, aku lucuti pakaiannya, ia meronta, Kakjangan
Terlambat sudah, aku sudah menduduki perutnya, ia tak bisa ke mana-mana. Aku lucuti pakaianku, kini kami telanjang. Aku julurkan penisku ke mulutnya.
Ayo isep!, kataku.
Nggak ah kak, koq jadi gini sih, katanya.
Isep!, kataku.
Ia hanya nurut. Ia buka mulutnya dan aku jambak rambutnya. Kugerakkan kepalanya maju mundur. Nikmat sekali. Tak perlu lama-lama, aku sudahi permainan itu karena aku mengincar vaginanya. Segera, aku berbalik di posisi 69. Aku menjilati miss-vnya. Vagina perawan memang beda. Aku rasanya cairan itu membasahi mulutku. Lidahku terus menari-nari di dalamnya. Sementara adikku mengulum penisku dengan suaraHmmmhhhmmmhhmmmh
Cairan kewanitaan itu makin banyak. Dan vagina itu basah sekali. Aku sudah benar-benar puas. Lalu aku berbalik. Dan aku siap untuk menusukkan penisku yang besar dan panjang ini ke vagina Arin yang sempit. Mulanya kepalanya yang masuk, sulit sekali. Lalu aku dorong perlahan, aku tarik lagi, aku dorong lagi, vaginanya berkedut-kedut meremas-remas punyaku. Punyaku serasa ingin dia hisap.
Kaakk.sakit kaakjangan perkosa Arin, katanya meminta.
Nanti juga enak koq Rin, kataku.
Dan aku pun mulai mendorongnya sekuat tenaga. Arin memiawik tertahan. Nafasnya memburu. Vaginanya berdenyut-denyut, ia menerima ransangan penisku, aku mulai bergoyang teratur. Sembari aku menindihnya aku menciumi bibirnya. Kakak adik ini sekarang sudah bersatu. Tak kusangka penisku bisa masuk penuh memenuhi rongga vagina adikku sendiri. Kini aku tak kuasa ingin keluar. Padahal juga baru sepuluh menit bergoyang. Dan aku pun tak bisa menyia-nyiakan ini, aku memang ingin keluar.
Rin, kakak mau menghamili kamu.ahhkeluar riiinnAkkkhhaaahhkkk, benar sekali. Spermaku muncrat dengan energi penuh. Adikku merangkulku. Karpet itu jadi saksi bahwa keperawanan adikku aku renggut. Agak lama kami berpelukan dan berguling di karpet. Sampai kemudian aku cabut punyaku. Dan melihat karpet itu bernoda.
Sperma tampak sedikit keluar dari vaginanya, karena terlalu banyak yang keluar tadi. Malam itu aku membopong adikku ke kamarnya. Ia menangis. Tentu saja ia kaget dengan yang kulakukan barusan, bahkan ia kuperkosa.
Maafkan kakak ya, kataku. Kalau kau mau marah, kakak ada di sini
Percuma Arin marah, kakak sudah memerawaniku, katanya. Kakak harus janji, selain ibu dan Arin, kakak nggak boleh dengan wanita lain!!
Baiklah kakak berjanji, kataku.
Mulai sekarang, Arin ingin jadi istri kakak, katanya.
Setelah itu, aku berterus terang kepada ibuku tentang kejadian tadi malam. Ibuku tak marah. Ia mengerti keadaanku yang kecanduan sex. Boleh dibilang, hubungan incest ini tak ada orang yang tahu. Bahkan ketika ibuku melahirkan anak hasil hubungan kami, demikian juga Arin. Entahla ini namanya apa. Tapi kami berjanji akan menjaga anak-anak kami sampai ia dewasa nanti. Dan yang pasti. Hari-hariku melakukan sex dengan mereka berdua tak akan pernah usai. Dan anehnya setiap saat aku ingin sekali melakukannya dengan mereka. Ibuku yang suka dan mahir blow job, ditambah Arin yang vaginanya sempit membuatku ingin setiap hari menggaulinya. Kau tahu kalau kalian menganggap kisah ini bualan, kalian salah. aku benar-benar melakukannya dengan ibu dan adikku.
Tamat